Selasa, 21 Mei 2013

A Child Called It

A Child Called It

“A Child Called ‘It’ adalah sebuah buku yang sangat mengharukan dan menggugah hati. Begitu buku ini ada di tangan saya dan mulai membaca huruf demi huruf, saya tak kuasa menahan tangis. Betapa berat siksaan yang diberikan terhadap anak tersebut.
Pengalaman masa kecil David Pelzer merupakan kesaksian dari kemenangan atas semangat kemanusiaan. Buku ini bercerita secara hidup tentang penyiksaan yang dideritanya melalui tangan ibunya dan ketidakpedulian orang lain (yang sulit dipercaya) akan penderitaanya.
Aku tidak habis pikir ada seorang Ibu yang tega menyiksa anaknya sendiri, dengan siksaan yang bertubi-tubi, mulai dari penyiksaan fisik seperti memukul, menendang hingga menusuk anaknya dengan pisau. Bahkan aku menitikkan air mata bagaimana David berjuang untuk menahan lukanya, darah yang mengalir membasahi bajunya, saat ibunya tetap memaksanya mencuci piring.
David pun kerap tidak mendapatkan makanan, dan wajar jika dia terpaksa mencuri makanan. Hal yang tidak masuk akal yang dilakukan oleh Ibu David, adalah mengurung David di kamar mandi bersama cairan Amoniac dan Chloroc, David menyebutnya ini siksaan kamar gas. Siksaan membuat David keracunan, matanya berair hingga batuk darah.
Akhirnya David berhasil lolos dari Ibunya. Keteguhan hati dan kebulatan tekad Pelzer akan sangat bermanfaat untuk menolong jutaan anak di Amerika yang sering menderita setiap hari tapi tak berani mengungkapkannya.
Dewasa ini kita sering mendengar peristiwa child abuse - penyiksaan anak. Tetapi apa dan bagaimana sesungguhnya yang dialami dan diderita oleh anak yang menjadi korbannya? Buku ini membuka wawasan kita, mencerahkan dan mendidik. David mengajak kita ikut mengalami rasa takutnya, rasa kekalahannya, rasa kesendiriannya, rasa sakitnya, dan rasa marahnya, sampai pada harapan terakhirnya. Dengan masuk ke dalam alur itu, menjadi jelas bagi kita betapa menyakitkannya dunia gelap yang diderita anak-anak korbanchild abuse. Bahkan secara lebih detail, kita bisa merasakan tangisan anak-anak itu melalui mata, telinga, dan badan David Pelzer. Dengan membaca buku ini kita juga bahkan bisa merasakan keteguhan hati David untuk keluar dari siksaan yang tak kunjung henti menuju kemenangan.